![]() |
Akhir-akhir ini sangat ramai lomba penulisan karya tulis ilmiah al-Qur'an. Ada rasa gembira di hati, namun sejujurnya lebih banyak perasaan gelisah menjangkiti diri. Perihal apa? kekhawatiran akan lebih banyak yang menulis diluar apa yang dipahami, tanpa ada pembimbing yang mampu menasehati. Keluar dari jalur penulisan yang didasarkan pada keilmuan.
Sebagai penulis pemula, saya masih awam sekali
dan tidak memiliki pisau analisis yang memadai. Namun, alur berpikir awal
tentang karya tulis ilmiah al-Qur'an secara umum sudah tepat. Setelah mengikuti
bimbingan dari beberapa ustadz yang
senantiasa memberikan ilmunya kepada saya, barulah saya memiliki gambaran yang
lebih utuh terhadap penulisan karya jenis ini. Walaupun besar kemungkinan masih
bisa berubah dan berkembang kedepannya.
Karya tulis ilmiah al-Qur'an kurang lebih dapat dijelaskan sebagai berikut:
- Karya
tulis yang dilandaskan pada kajian ke Al-Qur’an-an dengan analisis ilmiah.
·
Ayat-ayat al-Qur’an tidak hanya menjadi tempelan, melainkan digali
makna yang terkandung di dalamnya sehingga menghasilkan analisis dan atau
solusi ilmiah atas permasalahan yang diangkat.
·
Pemaparan ayat dilengkapi dengan penjelasan tafsir, hadits, atau
keterangan dari kitab-kitab yang relevan.
Sejauh saya mempelajari dan menjuri penulisan karya jenis ini, terdapat
beberapa kesalahan yang relatif sama dari karya-karya yang telah saya baca.
Kesalahan dalam penulisan karya tulis ilmiah al-Qur'an biasanya diawali dari
minimnya pemahaman terhadap jenis tulisan ini. Beberapa kesalahan yang
dilakukan dalam penulisan karya tulis ilmiah al-Qur'an, yaitu:
1. Menjadikan ayat sebagai tempelan, bukan fokus
kajian.
Karya yang dihasilkan jadi terkesan justifikasi atas temuan atau pernyataan
yang sudah ada. Kesalahan ini sangat lumrah dilakukan, bahkan dalam MTQ
Mahasiswa Nasional, banyak karya yang bertipe demikian.
2. Menafsirkan ayat
tanpa melihat tafsir dan penjelasan dari kitab-kitab yang relevan (menafsirkan
sesuai dengan kehendaknya).
Biasanya, penulis mencantumkan ayat lalu memberikan penjelasan sendiri dan
mengaitkan dengan tema yang diangkat. Penulis tidak menggunakan alat yang tepat
dalam penulisan dan penarikan simpulan (tafsir dan referensi yang sesuai
lainnya).
3. Lebih fokus pada kajian ilmiah daripada kajian kealquranan.
Jenis tulisan ini adalah karya ilmiah al-Qur'an, namun seringkali kajian
keilmiahan lebih mendominasi. Ayat disajikan sekedarnya. Padahal, tujuan awal
karya ini adalah mengeksplorasi nilai-nilai al-Qur'an sebagai upaya merancang
solusi atas permasalahan kehidupan.
Berdasarkan beragam kesalahan tersebut, saya selalu merekomendasikan penulis
yang tidak memiliki latar belakang keilmuan agama untuk berkonsultasi kepada
dosen/ ustadz yang mendalami keilmuan kealqur'anan (biasanya dosen Jurusan
Sastra Arab). Hal ini saya lakukan dikarenakan beberapa alasan. Pertama, memimalisir kesalahan pemahaman dalam menggunakan referensi
kealquranan. Kedua, menjaga jalur penulisan agar sesuai dengan kaidah penulisan karya
tulis ilmiah al-Qur'an.
Menutup tulisan singkat ini, saya pribadi selalu mengingatkan pada diri sendiri
bahwa penulis hendaknya mengetahui sejauh mana kapasitas dirinya. Menulis dan
meneliti memerlukan pertanggungjawaban keilmuan. Semangat mengembangkan karya
tulis ilmiah al-Qur'an diiringi dengan kesadaran akan adanya keterbatasan
kemampuan diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar