Jumat, 27 Januari 2017

Kesalahan Penulisan Karya Tulis Ilmiah Al-Qur'an



Akhir-akhir ini sangat ramai lomba penulisan karya tulis ilmiah al-Qur'an. Ada rasa gembira di hati, namun sejujurnya lebih banyak perasaan gelisah menjangkiti diri. Perihal apa? kekhawatiran akan lebih banyak yang menulis diluar apa yang dipahami, tanpa ada pembimbing yang mampu menasehati. Keluar dari jalur penulisan yang didasarkan pada keilmuan.


Sebagai penulis pemula, saya masih awam sekali dan tidak memiliki pisau analisis yang memadai. Namun, alur berpikir awal tentang karya tulis ilmiah al-Qur'an secara umum sudah tepat. Setelah mengikuti bimbingan dari beberapa ustadz  yang senantiasa memberikan ilmunya kepada saya, barulah saya memiliki gambaran yang lebih utuh terhadap penulisan karya jenis ini. Walaupun besar kemungkinan masih bisa berubah dan berkembang kedepannya.
Karya tulis ilmiah al-Qur'an kurang lebih dapat dijelaskan sebagai berikut:
  • Karya tulis yang dilandaskan pada kajian ke Al-Qur’an-an dengan analisis ilmiah.
·         Ayat-ayat al-Qur’an tidak hanya menjadi tempelan, melainkan digali makna yang terkandung di dalamnya sehingga menghasilkan analisis dan atau solusi ilmiah atas permasalahan yang diangkat.
·         Pemaparan ayat dilengkapi dengan penjelasan tafsir, hadits, atau keterangan dari kitab-kitab yang relevan.
Sejauh saya mempelajari dan menjuri penulisan karya jenis ini, terdapat beberapa kesalahan yang relatif sama dari karya-karya yang telah saya baca. Kesalahan dalam penulisan karya tulis ilmiah al-Qur'an biasanya diawali dari minimnya pemahaman terhadap jenis tulisan ini. Beberapa kesalahan yang dilakukan dalam penulisan karya tulis ilmiah al-Qur'an, yaitu:


1. Menjadikan ayat sebagai tempelan, bukan fokus kajian.

Karya yang dihasilkan jadi terkesan justifikasi atas temuan atau pernyataan yang sudah ada. Kesalahan ini sangat lumrah dilakukan, bahkan dalam MTQ Mahasiswa Nasional, banyak karya yang bertipe demikian.


2. Menafsirkan ayat tanpa melihat tafsir dan penjelasan dari kitab-kitab yang relevan (menafsirkan sesuai dengan kehendaknya).

Biasanya, penulis mencantumkan ayat lalu memberikan penjelasan sendiri dan mengaitkan dengan tema yang diangkat. Penulis tidak menggunakan alat yang tepat dalam penulisan dan penarikan simpulan (tafsir dan referensi yang sesuai lainnya).

3. Lebih fokus pada kajian ilmiah daripada kajian kealquranan.
Jenis tulisan ini adalah karya ilmiah al-Qur'an, namun seringkali kajian keilmiahan lebih mendominasi. Ayat disajikan sekedarnya. Padahal, tujuan awal karya ini adalah mengeksplorasi nilai-nilai al-Qur'an sebagai upaya merancang solusi atas permasalahan kehidupan.



Berdasarkan beragam kesalahan tersebut, saya selalu merekomendasikan penulis yang tidak memiliki latar belakang keilmuan agama untuk berkonsultasi kepada dosen/ ustadz yang mendalami keilmuan kealqur'anan (biasanya dosen Jurusan Sastra Arab). Hal ini saya lakukan dikarenakan beberapa alasan. Pertama, memimalisir kesalahan pemahaman dalam menggunakan referensi kealquranan. Kedua, menjaga jalur penulisan agar sesuai dengan kaidah penulisan karya tulis ilmiah al-Qur'an.

Menutup tulisan singkat ini, saya pribadi selalu mengingatkan pada diri sendiri bahwa penulis hendaknya mengetahui sejauh mana kapasitas dirinya. Menulis dan meneliti memerlukan pertanggungjawaban keilmuan. Semangat mengembangkan karya tulis ilmiah al-Qur'an diiringi dengan kesadaran akan adanya keterbatasan kemampuan diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar